Selasa, 26 April 2011

Laporan PTK


BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.  Teknologi dan ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang sangat pesat dilandasi oleh perkembangan matematika. Matematika berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam berbagai ilmu dan kehidupan.  Untuk menguasai, mencipta dan bersaing dalam bidang teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Standar Isi h.345). Oleh karena itu, guna mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mengusai matematika, dunia pendidikan juga perlu dikembangkan, dalam hal ini menyangkut metode pembelajaran yang digunakan guru pada proses pembelajaran di kelas.
Masalah yang sangat menonjol yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia  (khususnya pembelajaran matematika) adalah hasil belajar matematika siswa yang belum memuaskan. Berdasarkan laporan dari TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) 2007, rata-rata skor pencapaian hasil belajar matematika siswa kelas VIII di Indonesia (397) masih jauh di bawah rata-rata skor internasional (450,71), dan berada di rangking 36 dari 49 negara (http://timss.bc.edu/TIMSS2007/PDF/T07 _M_IR_AppendixD.pdf). Berdasarkan   data tersebut, sungguh sangat memprihatinkan pendidikan matematika di Indonesia dewasa ini. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembelajaran matematika di sekolah-sekolah masih menekankan pada tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu.  Kondisi ini tidak akan mengembangkan aspek kemampuan, partisipasi dan aktivitas siswa yang diharapkan.
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat diperlukan. Namun saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit dipahami, bersifat abstrak, dan menjemukan, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Indikasi ini dapat ditunjukkan oleh hasil prestasi belajar matematika siswa yang relatif rendah, dan tingkat ketuntasan belajar yang juga rendah.  Begitupun dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.  Berdasarkan pengalaman, selama kegiatan pembelajaran, siswa cenderung untuk menjadi pendengar yang pasif, tanpa terlibat secara aktif. Lebih-lebih dengan jumlah siswa pada suatu kelas yang sangat besar, guru tidak dapat melayani setiap individu secara maksimal. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk untuk mengekspresikan diri. Padahal siswa perlu mendapat kesempatan untuk berdiskusi, bekerja dalam kelompok, serta memperoleh umpan balik. Di satu sisi waktu guru  berada di kelas juga terbatas.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, guru perlu menyiapkan dan merancang situasi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, menemukan fakta dan konsep sendiri serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru perlu merancang model pembelajaran yang didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Dari sekian banyak model pembelajaran, dipilihlah model pembelajaran tutor sebaya (peer teaching). Dengan harapan agar siswa lebih terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.  Dalam kenyataannya, anak yang belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima  ide-ide dan sikap-sikap dari ‘guru-guru’nya tersebut. Sebab ‘guru-guru’nya, yaitu teman sebayanya itu, tidaklah begitu lebih bijaksana dan berpengalaman dari padanya.  Anak relatif bebas bersikap dan berpikir, dan anak relatif bebas memilih perilaku yang dapat diterima/tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Anak juga relatif bebas memilih untuk menggunakan bahasa komunikasi yang mudah diterima oleh teman-temannya.  Bahkan anak relatif bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-temannya yang  lain. Dengan perasaan ‘bebas’yang dimiliki itu maka diharapkan anak dapat lebih aktif dalam berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami konsep/materi yang sedang diajarkan oleh guru. Model pembelajaran tutor sebaya ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi antar teman tentang materi sedang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka. 
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar  Dan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelasa VIIIB MTs Negeri Krian Sidoarjo Tahun 2010.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.      Apakah model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran di kelas VIIIB MTs Negeri Krian Sidoarjo?
2.      Apakah model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran di kelas VIIIB MTs Negeri Krian Sidoarjo?

C.     TUJUAN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan partisipasi siswa yang masih rendah dalam proses pembelajaran, serta untuk meningkatkan  prestasi belajar  matematika di kelas VIII-B MTs Negeri Krian Sidoarjo.

D.    MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi semua pihak yang terkait, seperti:
1.               Bagi Siswa.
Hasil penelitian ini sangat menguntungkan karena siswa merupakan subyek penelitian yang dikenai tindakan. Semestinya siswa akan mengalami perubahan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2.               Bagi Guru
Memberikan alternatif  kepada guru matematika khususnya tentang model pembelajaran dalam pelajaran matematika dan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas
3.               Bagi Peneliti lain
Menjadi acuan untuk penelitian sejenis.

E.     DEFINISI OPERASIONAL
1.               Peer tutoring is the system of instruction in which learners help each other and learn by teaching. Peer tutoring involves students teaching other students in a given subject area and takes a variety of forms, including students actively assisting other students, both in small-group learning activities in tutorials. (Goodlad, S. and B. Hirst, 1989, 184).
Tutor sebaya adalah model pembelajaran dimana siswa saling membantu dan belajar dengan cara mengajar.  Tutor sebaya  melibatkan siswa secara aktif untuk mengajar teman sekelasnya dalam pelajaran tertentu, dalam hal ini matematika , dalam kelompok-kelompok kecil.
Tutor sebaya ini biasanya dipilih oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan seperti siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik dan hubungan social yang memadai.
2.               Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Partisipasi   mempunyai arti turut berperan serta dalam suatu kegiatan, dalam hal ini berperan serta dalam pembelajaran matematika.
3.               Prestasi Belajar berarti hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah berupa  penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang ditentukan melalui pengukuran dan penilaian yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar