Minggu, 22 Mei 2011

SUMPAH SUCI ORANG SUCI



Seorang suci sedang bermeditasi di bawah sebuah pohon pada pertemuan dua jalan. Meditasinya terganggu seorang pemuda yang berlari dengan panik ke arah jalan yang menuju dirinya. “Tolonglah saya,” pemuda itu memohon. “Ada orang yang salah menuduh, dikiranya saya mencuri. Ia mengejar saya bersama banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua tangan saya akan dipotong.”

Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan
pendeta itu untuk bermeditasi dan cepat bersembunyi di antara
dahan-dahannya, “ Tolong jangan katakan kepada mereka
dimana saya bersembunyi,” kata pemuda itu memelas. Pendeta
suci itu melihat dengan mata hatinya, bahwa si pemuda
memang tidak bersalah dan telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian datanglah sekelompok orang desa
dan pemimpinnya bertanya, “Bapak melihat pemuda yang
berlari ke arah sini?”

Berpuluh tahun sebelumnya pendeta itu pernah bersumpah untuk selalu berkata jujur, jadi ia mengatakan telah melihatpemuda itu. “Kemana perginya?” kata si Kepala Desa itu tak sabar. Pendeta itu sebenarnya tidak ingin mengkhianati pemuda, namun sumpahnya telah menakutkannya. Ditunjuknya pohon di atasnya.
Penduduk desa beramai-ramai menyeret si pemuda keluar dari sela-sela dahan dan memotong kedua tangannya. Ketika pendeta itu mati, dia dibawa ke Mahkamah Agung Surga. Ia dikutuk karena sikapnya terhadap pemuda tidak berdosa itu. Tetapi, si pendeta protes, “saya telah bersumpah suci saya akan selalu berkata jujur.” Pengadilan itu berkata, “Namun hari itu kamu lebih mencintai kebanggaan dari kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu menyerahkan pemuda itu kepada penuntutnya, namun kamu semata-mata mempertahankan citra kosong tentang dirimu sendiri sebagai orang ‘suci’. 

Kebajikan manusia yang terbatas kerap memandu pemahaman 
menjadi kekuatan yang memaksa kita untuk berbuat jahat...”

homoseksual

Oleh:  Soe Tjen Marching 

Bila mendengar praktik homoseksual dikecam oleh para pemimpin agama, hal ini mungkin sudah lumrah lagi bagi kebanyakan orang. Karena homoseks, seolah tidak punya hak seksual sama sekali. Namun penelitian Iskandar Dzulkarnain, justru menunjukkan bahwa dalam ruang-ruang tertentu, para santri agama Islam melakukan praktik homoseksual ini. Thesis yang dirampungkan Iskandar di program sosiologi Universitas Gadjah Mada, berjudul Perilaku Homoseksual di Pondok Pesantren, juga menjadi bahan diskusi pada seminar bulanan GAYa NUSANTARA baru-baru ini.

Iskandar sempat mondok di dua pesantren di Sumenep, yang terkenal cukup kental ke-Islamannya. Salah satu pondok yang dikunjunginya adalah pesantren tradisional bernama An-Naqiyah. Yang ditemukan di sana adalah, praktik homoseksual dengan mudah dapat dijumpai dan bahkan dilakukan dengan cukup terbuka di dalamnya. Sedangkan pesantren lain yang dikunjungi Iskandar adalah pondok modern, Al-Amanah. Di sini perilaku homoseksual amat tertutup, tapi praktiknya masih dilakukan.

Pondok Pesantren An-Naqiyah dan perilaku homoseksual Kebanyakan pondok pesantren amat ketat membatasi pergaulan antara lawan jenis. Kedekatan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya dianggap tabu. Pondok Pesantern An-Naqiyah di Sumenep tidak terkecuali. Menurut Iskandar, mereka memisahkan setiap santri laki-laki dengan santri perempuan di dalam pondokannya, bahkan para santri laki-laki tidak diperbolehkan sembarangan untuk memasuki wilayah nyai-nyai atau putri para kiai.

Kamar-kamar di bagi para santri di pondokan ini lebih ditetapkan sesuai dengan keinginan santri. Tapi, pada umumnya santri paling seniorlah yang menjadi ketua kamar tersebut. Setiap kamar yang berukuran sekitar 5 x 5 meter, dijejali 20 hingga 30 orang. Jadi, kamar itu fungsinya amat terbatas: hanya untuk beristirahat, menyimpan barang, atau berganti pakaian. Kegiatan lainnya seperti belajar dan tidur biasa dilakukan di depan kamar masing-masing atau di beranda masjid. Kamar mandi yang juga amat terbatas, membuat para santri mempunyai kebiasaan untuk mandi bertelanjang bersama-sama. Di sinilah keakraban sesama pria semakin menemukan lahannya. Obrolan, gurauan dan diskusi terbuka tentang hasrat seksual para santri bukanlah hal yang aneh.

Lewat observasi, wawancara, atau percakapan sehari-hari dengan para penghuni pondok ini, Iskandar menyimpulkan bahwa ada tiga pola relasi homoseksual di antara para santri di pondok pesantren An-Naqiyah. Pertama: relasi dengan ikatan, kedua: relasi tanpa ikatan, dan terakhir: relasi seksual untuk kenikmatan.
Pola relasi homoseksual dengan ikatan biasanya melibatkan santri senior dengan santri yang baru saja mendaftar.  Ketika baru masuk, beberapa pendaftar yang muda (berumur 12-13 tahun), telah diincar oleh santri yunior yang menerimanya. Seringkali di saat pendaftaran itu, terjadilah kesepakatan di antara kedua santri tersebut. Biasanya kedua santri tersebut akan menempati kamar yang sama, karena kesepakatan di antara mereka untuk saling membantu, saling menjaga, dan saling memberi, dan saling mengasihi. Santri senior dalam hal ini adalah ketua kamar yang disegani oleh penghuni kamar yang lain, sehingga tidak ada santri-santri penghuni kamar lain yang berani melawannya.

Dalam kesehariannya kedua santri tersebut akan bersama, saling bergandengan ke manapun mereka pergi. Dalam hubungan ini juga terdapat sistem kekuasaan yang tidak setara, yaitu santri senior bertindak sebagai suami yang konvensional: ialah yang menjaga, membimbing, memberi petuah, dan terkadang juga harus memberi nafkah. Sedangkan santri yunior tersebut berlaku sebagai sosok istri yang menurut terhadap suami, bersedia menemani dan melayani suami kapanpun dan di manapun, serta memasak untuknya.

Biasanya hubungan ini dilakukan di kamar yang mereka tempati. Karena di kamar tersebut santri senior menjadi ketua kamar, jadi ia mempunyai lebih banyak hak dari yang lain. Dalam pola ini biasanya pasangan tersebut hanya saling memeluk, mencium, meskipun tidak menutup kemungkinan lebih jauh. Dari wawancara Iskandar dengan seorang santri senior, bahkan juga terjadi gesek-gesek alat kelamin ke paha atau bahkan ke ketiak pasangannya. Pola ini juga tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan dengan penetrasi anus. Begitu umumnya hubungan homoseksual ini di pesantren An-Naqiyah, sehingga para santri di pondok itu terkadang mengejek mereka yang tidak mempunyai pasangan atau yang tidak melakukan hubungan homoseksual dengan santri lainnya.

Di antara santri muda yang mendaftar, beberapa ada yang tahu kalau hubungan homoseksual akan terjadi bila mereka masuk pesantren. Hal ini seperti sudah menjadi pengetahuan umum di antara banyak santri, yang diturunkan pada lainnya. Tapi, karena masyarakat semakin tertutup, terkadang hal ini tidak dibicarakan lagi dan menimbulkan kekagetan pada santri baru.

Para santri senior ini akan mencari “sasarannya” pada malam hari. Yang dijadikan “sasaran” kebanyakan adalah santri yunior yang sedang tidur. Santri senior biasanya mengikuti santri yunior yang diincarnya dan kemudian tidur di dekat santri itu.

Kebiasaan para santri untuk tidur dengan sarung dan tidak menggunakan celana juga menjadi faktor yang memudahkan hubungan ini. Biasanya santri yunior yang menjadi sasaran, karena kesenioran sang pelaku bisa menekan kemarahan sang santri yunior ketika mereka mengetahui telah menjadi “korban”.

Pola relasi homoseksual yang ketiga adalah seks untuk kenikmatan. Pada pola ini, tidak dikenal istilah santri senior dengan santri yunior. Karena relasi ini kebanyakan terjadi antara para santri yang seangkatan, juga tidak menutup kemungkinan mereka yang sekamar. Kesempatan yang terbatas bagi sesama santri yunior terkadang justru menambah kegairahan seksual ketika melakukannya. Terkadang, mereka juga melakukan berkelompok. Misalnya, santri yang lebih kalem, penakut dan penurut, untuk dijadikan korban dalam pola relasi seksual untuk kenikmatan ini. Korban tersebut akan dipegang beramai-ramai, dan kemudian salah satu dari kelompok santri tersebut yang melakukan pemaksaan onani terhadap korban tersebut sampai ia mencapai klimaks.

Walau praktik homoseksual di dalam pondok ini cukup terbuka, biasanya mereka enggan menceritakannya di luar lingkungan pesantren, karena kuatir akan stigma yang ada. Beberapa dari santri itu memang masih mengakuinya tanpa ragu-ragu bila ditanya, namun ada juga yang tidak mau mengakuinya.

Perilaku Homoseksual di Pondok Modern Al-Amanah Institusi modern seringkali melakukan represi terhadap tubuh dan seksualitas. Pada masa Orde Baru, tubuh manusia adalah salah satu sasaran utama kekuasaan yang ada: Ia harus tunduk pada otoritas pemerintah sehingga mudah disetir untuk melakukan apa saja demi keuntungan si penguasa. Institusi modern terkadang penuh dengan kemauan seperti ini, seperti penjara dan rumah sakit jiwa. Ukuran kejahatan dan ketidak-warasan seringkali tergantung pada kehendak sang penguasa saat itu. Pramoedya Ananta Toer-pun sempat dijebloskan penjara dan bahkan dianggap gila pada masa Orde Baru. Perempuan yang dianggap terlalu terbuka seksualitasnya juga akan dikecam habis-habisan, dan ini dapat dilihat dari lahirnya Undang-undang anti pornografi.

Hal serupa dapat ditemui Iskandar Dzulkarnain di pondok pesantren yang dianggap modern, Al-Amanah. Kedisiplinan merupakan hal yang sangat dikedepankan ketimbang yang lain. Kontrol terhadap setiap perilaku santrinya amat kuat, dan pada akhirnya memberi kuasa yang besar pada pemimpin institusi pondok pesantren tersebut. Contohnya, pemimpin pondok pesantren Al-Amanah mempunyai kuasa untuk mengusir para santri yang berperilaku tidak disiplin atau melanggar peraturan.

Secara seksualitas, para santri di Al-Amanah hampir sama dengan santri di An-Naqiyah, yakni mereka hidup terpisah dari lawan jenisnya pada usia masa-masa pubertas, ketika dorongan seksual atau libido mereka sedang kuat-kuatnya. Namun dengan kolotnya peraturan yang ada di Al-Amanah menjadikannya sulit bagi para santri untuk mengekspresikan gairah seksualitas mereka.

Pondok pesantren Al-Amanah adalah cerminan dari institusi modern yang telah melahirkan homophobia dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku sesama jenis ada dan tak bisa dipungkiri di sana, namun harus dirahasiakan sebisa mungkin.
 
Diskusi dan pernyataan hadirin:

Pengakuan dari beberapa hadirin pun bermunculan sesudah presentasi Iskandar selesai. Beberapa di sana yang sempat mondok di pesantren mengakui adanya hubungan seperti ini. Bahkan salah satu dari menyatakan pernah berhubungan dengan seorang santri senior, tapi kemudian santri ini tidak ragu-ragu mengecam perilaku homoseksual di depan umum.

Mungkin ini juga salah satu ciri ke-modern-an kita. Yang karena merasa telah beradab sehingga terkadang menyangkal adanya gairah seksualitas, dan menghubungkannya dengan dunia kebinatangan (walaupun manusia sebenarnya bisa dikategorikan sebagai hewan). Tapi, pada sisi yang lain, mereka masih mempunyai hasrat itu dan tidak bisa menahannya. Lalu, diam-diam melakukannya di balik pintu.

Yang saya kritisi pada perilaku homoseksual di pesantren ini bukanlah homoseksualitas itu sendiri, namun adanya relasi kekuasaan yang amat kuat di sana. Para santri senior seakan mendapat dominasi kenikmatan, sedangkan yang yunior masih harus menjadi sasaran atau bahkan korban mereka.

Begitu juga ketika para santri di pondok An-Naqiyah dengan sengaja memilih salah seorang santri yang lebih kalem dan penurut untuk dipaksa beronani. Masih ada unsur kekuasaan yang meraja lela di antara kenikmatan ini. Di pondok An-Naqiyah yang lebih menekankan kesetaraan ketimbang disiplin yang memberi kekuasaan pada pemimpinnya, masih ada hierarki dalam praktik seksualitas itu sendiri. Ketidak-mampuan para santri yunior untuk marah ketika sadar bahwa mereka telah menjadi korban, merupakan wujud penindasan tersendiri.
Mungkin, justru inilah yang perlu diperdebatkan kembali. Bahwa relasi kuasa bisa berlapis-lapis adanya. Bahwa ia dapat terjadi tidak saja di dalam wacana ketertutupan, namun juga keterbukaan seks. Bukan orientasi seksual dari praktik itu yang seharusnya dipermasalahkan, selama yang bersangkutan melakukannya atas dasar saling suka dan tidak ada tekanan sama sekali. Pendaftar baru dari pesantren itu tentunya merasa rikuh, sungkan dan bahkan terintimidasi oleh santri senior, sehingga hubungan antar keduanya patut dipertanyakan lebih jauh.

Bila keterbukaan itu ada, paling tidak masih ada celah, bagaimanapun kecilnya, untuk mengungkap hal ini, karena ia masih disebutkan daripada ditiadakan sama sekali. Sedangkan bila praktik itu dirahasiakan, maka para penguasalah yang menjadi semakin mendapat angin karena ia bisa melakukan hampir apa saja, tanpa perlu membahasnya. Keterbungkaman adalah hal yang amat menguntungan bagi sang penguasa. Bukankah dalam masa Orde Baru, Soeharto begitu menggebu dengan menyensor apa saja, untuk membungkan mulut rakyatnya? Bukankah dia yang begitu bernafsu menekankan moralitas Pancasila dan mengharuskan anak-anak menghafalkannya, sedangkan ia sendiri bisa melaksanakan kekejiannya dengan leluasa?

Cinta, Rindu dan Cemburu

Banyak orang berbicara tentang masalah ini tapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Atau tidak menjelaskan batasan-batasan dan maknanya secara syar’i. Dan kapan seseorang itu keluar dari batasan-batasan tadi. Dan seakan-akan yang menghalangi untuk membahas masalah ini adalah salahnya pemahaman bahwa pembahasan masalah ini berkaitan dengan akhlaq yang rendah dan berkaitan dengan perzinahan, perkataan yang keji. Dan hal ini adalah salah. Tiga perkara ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia yang memotivasi untuk menjaga dan mendorong kehormatan dan kemuliaannya. Aku memandang pembicaraan ini yang terpenting adalah batasannya, penyimpangannya, kebaikannya, dan kejelekannya. Tiga kalimat ini ada dalam setiap hati manusia, dan mereka memberi makna dari tiga hal ini sesuai dengan apa yang mereka maknai.

Cinta (Al-Hubb)


Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan itu tidak akan bahagia dan berfaedah kecuali jika ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri. Dan kuncinya kecintaan adalah pandangan. Oleh karena itu, Rasulullah Sawmenganjurkan pada orang yang meminang untuk melihat pada yang dipinang agar sampai pada kata sepakat dan cinta, seperti telah kami jelaskan dalam bab Kedua.


Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah r.a berkata : “Aku telah meminang seorang wanita”, lalu Rasulullah Sawbertanya kepadaku : “Apakah kamu telah melihatnya ?” Aku berkata : “Belum”, maka beliau bersabda : “Maka lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu pada akhirnya akan lebih menambah kecocokan dan kasih sayang antara kalian berdua”


Sesungguhnya kami tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang, lebih-lebih pemuda dan pemudi, mereka takut membicarakan masalah “cinta”, bahkan umumnya mereka mengira pembahasan cinta adalah perkara-perkara yang haram, karena itu mereka merasa menghadapi cinta itu dengan keyakinan dosa dan mereka mengira diri mereka bermaksiat, bahkan salah seorang diantara mereka memandang, bila hatinya condong pada seseorang berarti dia telah berbuat dosa.


Kenyataannya, bahwa di sini banyak sekali kerancuan-kerancuan dalam pemahaman mereka tentang “cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dimana mereka beranggapan bahwa cinta itu suatu maksiat, karena sesungguhnya dia memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat dari lelaki-lelaki rusak dan perempuan-perempuan rusak yang diantara mereka menegakkan hubungan yang tidak disyariatkan. Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda, saling menari, dan minum-minum, bahkan sampai mereka berzina di bawah semboyan cinta. Mereka mengira bahwa ‘cinta’ tidak ada lain kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya tidak begitu, tetapi justru sebaliknya.


Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki pada wanita dan kecenderungan wanita pada lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia dalam masalah cinta. Artinya Allah menjadikan di dalam syahwat apa-apa yang menyebabkan hati laki-laki itu cenderung pada wanita, sebagaimana firman Allah Swt :


["Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak,..."] Ali-’Imran : 14


Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka manusia mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi Saw bersabda :


["Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian : wanita dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat"] HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi.


Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun, Allah Swt tidaklah menjadikan lelaki cinta pada wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan diantara keduanya hubungan yang diharamkan, tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang disyari’atkan dalam bersuami isteri, sebagaimana tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas r.a berkata : telah bersabda Rasulullah Saw:


["Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai, seperti pernikahan"]


Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan yang rusak atau keji, maka Allah telah menyuruh yang pertama kali agar menundukan pandangan, karena ‘pandangan’ itu kuncinya hati, dan Allah telah haramkan semua sebab-sebab yang mengantarkan pada fitnah, dan kekejian, seperti berduaan dengan orang yang bukan mahramnya, bersenggolan, bersalaman, berciuman antara lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat menyebabkan condongnya hati. Maka bila hati telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa setelah itu, kecuali yang dirahmati Allah Swt.


Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi manusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan. Contohnya : apabila lelaki dan wanita saling pandang memandang atau berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu cenderunglah hati keduanya dan satu sama lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini tidak akan menyebabkan keduanya disiksanya, karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang manusia tidak bisa untuk menguasai hatinya. Akan tetapi, keduanya diazab karena apa yang dia lakukan. Dan karena keduanya melakukan sebab-sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’, seperti perkara yang telah kami sebutkan. Dan keduanya akan dimintai tajawab, dan akan disiksa juga dari setiap keharaman yang dia perbuat setelah itu.


Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah disebutkan olsebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia diberi pahala, sebagaimana akan dijelaskan dalam ucapan kami dalam bab ‘Rindu’. Dan dalam keadaan yang mutlak, sesungguhnya yang paling selamat yaitu menjauhi semua sebab-sebab yang menjerumuskan hati dalam persekutuan cinta, dan mengantarkan pada bahaya-bahaya yang banyak, namun …..sangat sedikit mereka yang selamat.


Rindu (Al-’Isyq)


Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada rindu yang disertai dengan menjaga diri dan ada juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu tersebut bukanlah hal yang tercela dan keji secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu itu, rindunya disertai dengan menjaga diri dan kesucian, dan kadang-kadang ada rindu itu disertai kerendahan dan kehinaan.


Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu, termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu menguasainya. Tapi manusia akan dihisab atas sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-hasilnya yang haram. Adapun rindu yang disertai dengan menjaga diri padanya dan menyembunyikannya dari orang-orang, maka padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari Imam Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang yang mati dalam kerinduan dengan tetap menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari perkara yang haram sebagaimana pembahasan dalam masalah cinta.


Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala syahid di akhirat. Hal ini tidak aneh jika fahami kesabaran orang ini dalam kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang melecehkan kehormatan manusia bahkan dia adalah seorang yang sabar, menjaga diri meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya sebab ini di bawah kekuasaannya. Adapun hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga diri) dan menyembunyikan kerinduannya sehingga dengan itu dia mendapat pahala.


Cemburu (Al-Ghairah)


Cemburu ialah kebencian seseorang untuk disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta. Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang yang mencintai. Dan cemburu itu termasuk sifat yang baik dan bagian yang mulia, baik pada laki-laki atau wanita.


Ketika seorang wanita cemburu maka dia akan sangat marah ketika suaminya berniat kawin dan ini fitrah padanya. Sebab perempuan tidak akan menerima madunya karena kecemburuannya pada suami, dia senang bila diutamakan, sebab dia mencintai suaminya. Jika dia tidak mencintai suaminya, dia tidak akan peduli (lihat pada bab I). Kita tekankan lagi disini bahwa seorang wanita akan menolak madunya, tetapi tidak boleh menolak hukum syar’i tentang bolehnya poligami. Penolakan wanita terhadap madunya karena gejolak kecemburuan, adapun penolakan dan pengingkaran terhadap hukum syar’i tidak akan terjadi kecuali karena kelalaian dan kesesatan. Adapun wanita yang shalihah, dia akan menerima hukum-hukum syariat dengan tanpa ragu-ragu, dan dia yakin bahwa padanya ada semua kebaikan dan hikmah. Dia tetap memiliki kecemburuan terhadap suaminya serta ketidaksenangan terhadap madunya.


Kami katakan kepada wanita-wanita muslimah khususnya, bahwa ada bidadari yang jelita matanya yang Allah Swt jadikan mereka untuk orang mukmin di sorga. Maka wanita muslimat tidak boleh mengingkari adanya ‘bidadari’ ini untuk orang mukmin atau mengingkari hal-hal tersebut, karena dorongan cemburu. Maka kami katakan padanya :


* Dia tidak tahu apakah dia akan berada bersama suaminya di surga kelak atau tidak.
* Bahwa cemburu tidak ada di surga, seperti yang ada di dunia.
* Bahwasanya Allah Swt telah mengkhususkan juga bagi wanita dengan kenikmatan-kenikmatan yang mereka ridlai, meski kita tidak mengetahui secara rinci.


Surga merupakan tempat yang kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbetik dalam hati manusia, seperti firman Allah Swt


["Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan"] As-Sajdah : 17


Oleh karena itu, tak seorang pun mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari bidadari-bidadari penyejuk mata sebagai balasan pada apa-apa yang mereka lakukan. Dan di sorga diperoleh kenikmatan-kenikmatan bagi mukmin dan mukminat dari apa-apa yang mereka inginkan, dan juga didapatkan hidangan-hidangan, dan akan menjadi saling ridho di antara keduanya sepenuhnya. Maka wajib bagi keduanya (suami-isteri) di dunia ini untuk beramal sholeh agar memperoleh kebahagiaan di sorga dengan penuh kenikmatan dan rahmat Allah Swt yang sangat mulia lagi pemberi rahmat.


Adapun kecemburuan seorang laki-laki pada keluarganya dan kehormatannya, maka hal tersebut ‘dituntut dan wajib’ baginya karena termasuk kewajiban seorang laki-laki untuk cemburu pada kehormatannya dan kemuliaannya. Dan dengan adanya kecemburuan ini, akan menolak adanya kemungkaran di keluarganya. Adapun contoh kecemburuan dia pada isteri dan anak-anaknya, yaitu dengan cara tidak rela kalau mereka telanjang dan membuka tabir di depan laki-laki yang bukan mahramnya, bercanda bersama mereka, hingga seolah-olah laki-laki itu saudaranya atau anak-anaknya.


Anehnya bahwa kecemburuan seperti ini, di jaman kita sekarang dianggap ekstrim-fanatik, dan lain-lain. Akan tetapi akan hilang keheranan itu ketika kita sebutkan bahwa manusia di jaman kita sekarang ini telah hidup dengan adat barat yang jelek. Dan maklum bahwa masyarakat barat umumnya tidak mengenal makna aib, kehormatan dan tidak kenal kemuliaan, karena serba boleh (permisivisme), mengumbar hawa nafsu kebebasan saja. Maka orang-orang yang mengagumi pada akhlaq-akhlaq barat ini tidak mau memperhatikan pada akhlaq Islam yang dibangun atas dasar penjagaan kehormatan, kemuliaan dan keutamaan.


Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mensifati seorang laki-laki yang tidak cemburu pada keluarganya dengan sifat-sifat yang jelek, yaitu ‘Dayyuuts’. Sungguh ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabraani dari Amar bin Yasir r.a, serta dari Al-Hakim, Ahmad dan Baihaqi dari Abdullah bin Amr r.a, dari Nabi Saw bahwa ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga yaitu peminum khomr, pendurhaka orang tua dan dayyuts. Kemudian Nabi menjelaskan tentang dayyuts, yaitu orang yang membiarkan keluarganya dalam kekejian atau kerusakan, dan keharaman.

Rabu, 18 Mei 2011

Saka Bhayangkara



 Satuan Karya Pramuka (Saka) Bhayangkara adalah wadah kegiatan kebhayangkaraan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), guna menumbuhkan kesadaran berperan serta dalam pembangunan nasional.
* Tujuan dibentuknya Saka Wanabakti adalah untuk mewujudkan kader-kader bangsa yang ikut serta bertanggungjawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat melalui pendidikan kebyayangkaraan di dalam Gerakan Pramuka.
* Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugusdepan dan satuan karya Pramuka disesuaikan dengan usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan sedapat-dapatnya dengan praktek berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan keperluannya.
* Anggota Saka Bhayangkara terdiri atas :


o Peserta didik :
1) Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
2) Pramuka Penggalang yang berminat di bidang Kebhayangkaraan dan memenuhi syarat tertentu.
o Anggota dewasa :
1) Pembina Pramuka sebagai Pamong Saka
2) Instruktur Saka Bhayangkara
3) Pimpinan Saka Bhayangkara
o Pemuda yang berusia 14-25 tahun bukan anggota Gerakan Pramuka dapat menjadi calon Saka Bhayangkara, dengan ketentuan satu bulan setelah terdaftar sebagai calon anggota Saka Bhayangkara, telah menjadi anggota salah satu Gugusdepan terdekat.
* Syarat menjadi Anggota Saka Bhayangkara :
o Menyatakan keinginan untuk menjadi anggota Saka Bhayangkara, secara sukarela dan tertulis.
o Bagi pemuda calon anggota Gerakan Pramuka, telah mendapat ijin dari orang tuanya/walinya, dan bersedia menjadi anggota gugusdepan Pramuka setempat/terdekat.
o Bagi Pramuka Penegak, Pandega, dan Penggalang diharapkan menyerahkan izin tertulis dari pembina satuan dan pembina gugusdepannya, dan tetap menjadi anggota gugusdepan asalnya.
o Bagi Pramuka Penggalang telah memenuhi syarat kecakapan umum tingkat Penggalang terap.
o Bagi Pamong Saka Bhayangkara sedikitnya telah mengikuti Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar.
o Bagi instruktur Saka Bhayangkara bersedia secara sukarela memberikan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan dibidang kebhayangkaraan kepada anggota Saka Bhayangkara.
o Sehat jasmani dan rohani serta dengan sukarela sanggup mentaati segala ketentuan yang berlaku.
* Saka Bhayangkara meliputi 4 (empat) krida, yaitu :
o Krida Ketertiban Masyarakat
o Krida Lalu Lintas
o Krida Pencegahan dan Penaggulangan Bencana
o Krida Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara (TPKP)
* Krida Ketertiban Masyarakat, terdiri atas 4 SKK
o SKK Pengamanan Lingkungan Pemukiman
o SKK Pengamanan Lingkungan Kerja
o SKK Pengamanan Lingkungan Sekolah
o SKK Pengamanan Hukum
* Krida Lalu Lintas, terdiri atas 3 SKK :
o SKK Pengetahuan Perundang-undangan/Peraturan Lalu Lintas
o SKK Pengaturan Lalu Lintas
o SKK Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas
* Krida Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, mempunyai 5 SKK :
o SKK Pencegahan Kebakaran
o SKK Pemadam Kebakaran
o SKK Rehabilitasi Korban Kebakaran
o SKK Pengenalan Kerawanan Kebakaran
o SKK Pncurian
o SKK Penyelamatan
o SKK Pengenalan Satwa
* Krida Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara (TPKP), mempunyai 5 SKK :
o SKK Pengenalan Sidik Jari
o SKK Tulisan Tangan dan Tanda Tangan
o SKK Narkotika dan Obat-Obatan
o SKK Uang Palsu
o SKK Pengamanan Tempat Kejadian Perkara
* Hasil yang diharapkan dibentuknya Saka Bhayangkara adalah agar para aanggota Gerakan Pramuka :
o Memiliki pengetahuan, kemampuan, kecakapan, dan keterampilan serta pengalaman dalam bidang kebhayangkaraan.
o Memiliki sikap hidup yang tertib dan disiplin serta ketaatan terhadap peraturan hokum dan norma social yang berlaku dalam masyarakat
o Memiliki sikap, kebiasaan dan perilaku yang tangguh sehingga mampu mencegah, menangkal serta menanggulangi timbulnya setiap kejadian kamtibmas.
o Memiliki kepekaan dan kewaspadaan serta daya tanggap dan penyesuaian terhadap setiap perubahan dan dinamika social di lingkungannya.
o Mamou memberikan latihan tentang pengetahuan kamtibmas kepada para anggota Gerakan Pramuka di Gugusdepannya.
o Mampu menyelenggarakan pengamanan lingkungan serta secara swakarsa, swadaya dan swasembada, serta secara nyata yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat lingkungannya.
o Mampu melakukan tindakan pertama terhadap kasus kejahatan tertangkap tangan yang terjadi di lingkungannya untuk kemudian segera menyerahkan kepada Polri.
o Mampu membantu Polri dalam pengamanan TKP dan melaporkan kejadian tersebut serta bersedia menjadi saksi.
Sumber :www.Pramuka.or.id

Identitas 'WIL' Arnold Schwarzenegger Terungkap! Setelah mengakui perselingkuhan dan anak di luar nikahnya, akhirnya identitas 'wanita idaman lain' Arnold Schwarzenegger terungkap. Wanita ini tak lain adalah Mildred Baena, yang pekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga Arnold selama 20 tahun

Setelah mengakui perselingkuhan dan anak di luar nikahnya, akhirnya identitas 'wanita idaman lain' Arnold Schwarzeneggerterungkap. Wanita ini tak lain adalah Mildred Baena, yang pekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga Arnold selama 20 tahun.
Baena, 50 tahun, sempat hamil ketika dirinya bekerja untuk keluarga mantan Gubernur California ini, seperti yang dilansir RadarOnline.com. Berdasarkan informasi dari media ini, foto-foto yang dipasang Baena di MySpace menunjukkan bahwa dirinya adalah pembantu rumah tangga Arnold sampai akhirnya mengundurkan diri Januari silam.
"Dialah orangnya. Mereka (Arnold dan Mildred) punya seorang putra," ujar seorang sumber pada media tersebut.
Dengan pengakuan Arnold mengenai anak di luar nikahnya ini, Maria Shriver, istri Arnold pun memutuskan angkat kaki dari rumah dan berpisah dengan sang aktor. Namun, anak-anak Arnold sepertinya memberikan dukungan penuh agar tragedi yang menimpa keluarga mereka cepat berakhir dan kembali menjadi keluarga normal.
"Satu hari kau merasa benar-benar berantakan, di hari yang lain kau ingin berhenti dan menjadi normal walau sedikit. Tapi aku cinta keluargaku sampai maut memisahkan," tulis Patrick Schwarzenegger, putra Arnold yang berusia 17 tahun.
Sang kakak, Katherine Schwarzenegger, 21 tahun, juga ikut menulis, "Ini benar-benar tak mudah tapi aku menghargai cinta dan dukunganmu untuk sembuh dan terus maju. Aku akan selalu mencintai keluargaku." (Abi)

Hukuman Butakan Mata di Iran Ditunda Diduga hukuman ditunda karena banyaknya protes yang menentang hukuman tersebut.


VIVAnews - Seorang lelaki di Iran akan dibutakan kedua matanya sebagai balasan telah membutakan mata seorang wanita. Namun, rencana tersebut tertunda karena banyaknya protes yang menentang hukuman ini.
Dilansir dari laman Asian News Internasional, lelaki bernama Majid Movahedi rencananya akan dibutakan matanya oleh Ameneh Bahrami, 32, pada Sabtu, 14 Mei 2011, di bawah pengawasan pengadilan Iran. Bahrami akan menyuntikkan 20 tetes cairan asam ke dalam mata Mohavedi hingga dia buta sebagai bentuk hukumanqishash.

Hukuman ini diberikan kepada Movahedi setelah dia terbukti bersalah telah menyiramkan cairan asam ke wajah Bahrami pada 2004 lalu lantaran lamarannya ditolak. Akibat tindakan ini, mata Bahrami menjadi buta dan seluruh wajahnya hancur. Untuk menyembuhkan luka-lukanya, Bahrami harus menjalani 19 kali operasi di Spanyol.

Tidak terima diperlakukan demikian, Bahrami menuntut  diberlakukannya hukuman qishash atas Movahedi. Akhirnya, pada 2008, pengadilan Iran mengabulkan permintaan Bahrami.
Pengadilan Iran memberikan kesempatan bagi Bahrami untuk mengubah hukuman tersebut. Namun dia bergeming, tetap pada pendiriannya semula. "Saya dengan tegas tetap akan melakukan qishash. Saya mau qishash, dengan begitu saya akan ikhlas," ujarnya.

Rencananya hukuman ini akan dilangsungkan pada Sabtu sore. Namun menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, hukuman ini ditunda oleh pengadilan Iran. "HukumanQishash Movahedi telah ditunda untuk jangka waktu yang tidak diketahui," ujar sumber dilansir dari kantor berita ISNA.

Tidak ada keterangan jelas mengapa hukuman tersebut ditunda. Menurut laman Daily Mailpenundaan terjadi akibat banyaknya protes dan kritik baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu organisasi yang menentang hal ini adalah Amnesty International.

Hassiba Hadj Sahraoui, wakil direktur Amnesty International Program Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan bahwa pemerintah Iran memiliki kewajiban di bawah hukum internasional untuk tidak melakukan hal tersebut.

"Terlepas dari penderitaan yang diterima oleh Ameneg Bahrami, hukuman dibutakan matanya dengan asam adalah siksaan yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan," ujar Sahroui. (eh)
• VIVAnews

WANITA BERHAK BERINISIATIF & MEMILIH.

dlm shahih bukhari di bab 'ardh al mar'ah... menjelaskan ttg wanita yg mengajukan diri jd istri nabi. al hafizh menjelaskan bolehnya wanita mengajukan diri jd istri org yg shaleh krn cinta kesalehannya, lelaki yg lebih tinggi yg tidk jelek. apalagi bila tujuan penwarannya sangat baek & benar, misalnya krn pertimbangan shaleh, penguasaan agamanya, akhlaq, atau karena memuncaknya nafsu birahi yg dikhawatirka menjerumuskan dirinya. maka pengajuannya adalah sangt baek. ibn daqiq al id berkata boleh wanita menawarkan diri pd lelaki yg diharapkan barakahnya.
artinya, wanita sebagai manusia utuh mempunyai hak mengajukan diri menjadi pasangan dr orang yg dicintainya dan berhak memilih calon terbaek dr beberapa lelaki yg meminangnya...
maka, hargailah kemanusiaan dan kewanitaanmu... seperti kata ummu salamah ".... saya termasuk manusia" (hr.bukhari)

10 Fakta Enaknya jadi Laki - laki

KLo Meja kerja laki – laki berantakan
KO (kata orang): Dia memang pekerja keras
KLo Meja kerja perempuan berantakan
KO : Cewek apaan tuh? Ngerapiin meja meja aja nggak becus. . .
KLo Laki – laki bekerja menikah
KO : Dia pasti akan bekerja lebih baik karena hidupnya bakalan lebih teratur
KLo Perempuan bekerja menikah
KO : Deeuuuuuu . . . paling entar habis hamil juga keluar dia. . .
KLo Laki – laki ngobrol saat jam kerja
KO : Kalau udah ngomongin bisnis, lupa lunch
KLo Perempuan ngobrol pada saat jam kerja
KO : Dasar tukang ngerumpi !!!
KLo Laki – laki nggak ada di meja kerja
KO : Sedang tugas luar
KLo Perempuan nggak ada di meja kerja
KO : Jangan2 ngeluyur ke mall
KLo Laki – laki keluar dapet pekerjaan baru
KO : Emang pintar cari prospek dia
KLo Perempuan keluar dapet pekerjaan baru
KO : Emang perempuan nggak bisa dipercaya
KLo Foto keluarga di meja laki – laki
KO : Hem. . . bapak teladan & setia
KLo Foto keluarga di meja perempuan
KO : Ah. . . dia sich emang mentingin keluarga dari pada kerjaan. . .
KLo Laki – laki nongkrong di depan komputer
KO : Memang klo ide sedang datang suka lupa waktu
KLo Perempuan nongkrong di depan komputer
KO : Wah. . . kayak laki – laki aja. . .
KLo Laki – laki selingkuh
KO : Memang kodratnya. . .
KLo Perempuan selingkuh
KO : Idiiiiiihhhh amit – amit. . .
KLo Laki – laki bujang usia tiga lima
KO : Matang
KLo Perempuan bujang usia tiga lima
KO : Perawan tua. . .
KLo Laki – laki banyak temen lawan jenis
KO : Pasti humoris, enak diajak ngomong, pantes diajak
jalan
KLo Perempuan banyak teman lawan jenis
KO : Piala bergilir. . .
KLo Laki – laki dapet promosi jabatan
KO : Emang klo prestasi bagus rejeki nggak kemana
KLo Perempuan dapat promosi jabatan
KO : Ssssttt. . . jangan2 ada main sama Bos. . .

Selasa, 17 Mei 2011

Ayam Atau Bebek


AYAM DAN BEBEK

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah taman. Pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka Mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.” “Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami. “Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil. Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! Kuek!’
Itu bebek, Sayang,” kata si suami dengan disertai gejala-gejala
awal Kejengkelan.

“Kuek! Kuek!” terdengar lagi. “Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembarii
Menghentakkan kaki. “Dengar ya! Itu a... DA... Lah... Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?” si suami berkata dengan gusar. “Tapi itu ayam,” masih saja si istri bersikeras. “Itu jelas-jelas bue... Bek, kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!” sebelum si suami mengatakan sesuatu Yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam....”

Si suami melihat air Mata yang mengambang di pelupuk Mata
istrinya, Dan Akhirnya.... Wajahnya melembut Dan katanya dengan mesra, “Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar.
Itu memang suara ayam kok.” “Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam tangan Suaminya.

“Kuek! Kuek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka
berjalan Bersama dalam cinta .…………..

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa
sih yang Peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah
keharmonisan Mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang Indah itu.
Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau
bebek”?
Ketika Kita memahami cerita tersebut, Kita akan ingat apa yang
menjadi Prioritas Kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang
mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering Kita merasa yakin, amat sangat mantap,
mutlak bahwa Kita benar, namun belakangan ternyata Kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa
genetik sehingga bersuara seperti bebek! ..............


The End